Our Blog

Orang Boang Adalah Etnis Pak Pak

WILAYAH dalam pandangan antropologi dilihat sebagai suatu kesatuan daerah yang didiami oleh sebentuk komunitas atau suku, sehingga dalam suatu wilayah bisa terdapat hanya satu komunitas atau suku maupun satu wilayah yang didiami oleh beberapa komunitas atau suku.

Konsep wilayah dalam pandangan antropologi pertama kali dikemukakan oleh antropolog Amerika , M.J. Herskovits.

Kemudian konsep wilayah kebudayaan dikenal dengan istilah culture area, Antropolog G.P. Murdock menyusun suatu sistem terhadap daerah-daerah kebudayaan di Afrika serta mengklasifikasikan daerah-daerah kebudayaan tersebut melalui unsur perbedaan bahasa dan perbedaan sistem kekerabatan
.
Melalui konsep culture area yang hendak didapatkan adalah untuk menarik satu garis merah yang menjadi persamaan bagi penduduk suku-suku bangsa yang mendiami wilayah tersebut.

Tulisan ini ditujukan untuk turut memberikan jawaban atas satu pertanyaan yang “menggelitik”, yaitu : Boang Tidak atau Sama Dengan Pak pak, Ditujukan kepada sebagian orang yang beranggapan bahwa Boang tidak sama dengan Pak-pak, Sebelumnya definisi tentang suku Pak pak adalah terdiri dari lima sub-group, yaitu Keppas,Simsim,Klasen, Pegagan, dan Boang.

Keempat sub-group tersebut terdistribusi di Sumatra Utara dan relatif komunitas mereka bereda di daerah pegunungan bukit barisan.Sementara Komunitas Boang hidup relatif di daerah pinggiran sungai besar yang langsung bermuara ke laut Singkil yaitu sungai Simpang Kanan dan Sungai Simpang Kiri dan yang selanjutnya secara teritorial berada dalam kabupaten Aceh Singkil dan Kota Subulussalam Aceh. Di dalam kehidupan sehari-hari banyak orang mengasosiasikan kata “Pak pak” dengan ‘pak pak Boang.

Alasan perbedaan agama

ANGGGAPAN bahwa Boang bukan Pak pak didasarkan keadaan dilapangan bahwa pada umumnya etnis Pak pak memiliki agama yang berbeda dengan etnis Boang, Dalam hal ini agama Islam dan Kristen–baik Protestan maupun Katolik, dimana Boang termasuk homogen beragama islam.

Apabila anggapan tersebut yang menjadi dasar anggapan maka telah terjadi pengkerdilan terhadap proses berfikir secara kritis . Karena sebagaimana diketahui, agama muncul setelah kebudayaan muncul dari suatu masyarakat, dan diadopsi dalam kehidupan masyarakat tersebut.

Dalam kebudayaan Boang maupun Pak pak secara keseluruhan, agama agama tersebut muncul dan dianut setelah mengalami proses yang lama, Konsep agama pada dahulunya didasarkan pada dinamisme dan animisme.

Dari apa yang telah dipaparkan, pupus sudah anggapan yang menyatakan bahwa Boang bukan Pakpak karena faktor agama.

Alasan perbedaan bahasa

HAL lain yang menganggap bahwa Boang bukan Pak pak didasarkan karena Boang memiliki perbedaan bahasa dengan bahasa Pak pak, Anggapan ini runtuh dengan jawaban bahwa bahasa atau linguistik pada awalnya sama namun karena dipengaruhi faktor lingkungan, kebiasaan dan hal lain maka terjadi pergeseran dari bahasa semula.

Namun ternyata pergeseran ini pun tidak menimbulkan perbedaan yang berarti. Bahasa pakpak dan bahasa boang secara garis besar persis sama. Perbedaannya hanya pada ciri kosa kata yang memakai konsonan R pada pak pak, sedangkan Boang diucapkan secara uvular sebagai ‘Kh’

Faktor bahasa yang menjadi pembeda antara Boang dan Pakpak juga bukanlah faktor yang memiliki perbedaan signifikan antara Boang dan Pakpak

Alasan Perbedaan Marga

Bahwa Boang memiliki marga tersendiri seperti Kombih, barat, dan malayu perlu penelitian lebih lanjut. Luas diyakini bahwa identitas budaya ( dengan sengaja ) dibentuk atau dibangun ( Maunati, 2004:23).

Demikian juga dengan marga sebagai suatu identitas. Marga trsebut dibangun pleh nenek moyang marga tertentu. Identitas marga tersebut dibentuk sesuai dengan nama nenek moyang mereka terdahulu.Misalnya identitas marga Padang, diambil dari nama nenek moyang mereka yang bernama si Padang.

Dalam banyak studi telah diperlihatkan bahwa perubahan wilayah tempat tinggal,latar belakang sosial, dan latar belakang kebudayaan merupakan kontek yang memberi warna bagi identitas kesukubangsaan ( Abdullah, 2006:43).

Demikianlah kemungkinan yang terjadi dalam kasus marga marga boang yang telah disebutkan diatas tadi, ketika mereka merantau dari daerah asal ke daerah yang lainnya, maka mereka membuat warna identitas untuk kepentingan tertentu. Dan bukankah marga marga Boang banyak sekali yang mirip atau sama dengan marga marga Pakpak.

Perbedaan-perbedaan yang menjadi landasan anggapan bahwa Boang dan pakpak hilang dengan sendirinya apabila dikaji secara mendalam, Usaha-usaha pembedaan yang mengarah pada pemisahan antara Boang dan Pakpak merupakan taktik strategi bangsa penjajah (Belanda) untuk memecah persatuan dan keutuhan Nusantara.

Sampai saat ini masih ada orang, kelompok yang mempertahankan anggapan bahwa Boang bukan bagian dari Pakpak secara luas.

Alasan karena perbedaan adat istiadat.

Sama dengan lahirnya marga baru sebagai bentuk identitas, maka perbedaan adat istiadat Boang dengan pakpak dimungkinkan karena memang identitas budaya itu bukan suatu yang stagnan lalu berhenti tampa perubahan. Identitas budaya ( dengan sengaja) dibentuk atau dibangun. Dengan demikian budaya tersebut terus secara terus menerus merekontruksi dirinya sesuai dengan keinginan atau kepentingan dari masyarakat yang menganutnya.

Mengenai perubahan budaya sebagai bentuk identitas Nainggolan (2006:107) menjelaskan ada 6 faktor yang menyebabkan perubahan identitas : (1) kultur homogen (2) besarnya jumlah kelompok etnis, (3) kultur dominan lokal (4) tekanan dari kultur homogen, (5) kultur lokal yang plural, dan (6) waktu.

Menurut hemat saya keenam enam unsur yang disebutkan diatas sangat dominan mempengaruhi mengapa terjadi pebedaan adat istiadat antara pakpak dengan boang. Apalagi kita kaitkan dengan betapa lamanya boang terbelenggu dengan akar budayanya akibat terputusnya akses ke akarbudayanya yaitu pakpak.

Pak pak itu satu, kenapa ingin pisah ?

Anggapan bahwa Boang bukan Pakpak merupakan tindakan “kekonyolan pemikiran” yang kemungkinan menyebabkan destruct knowledge, Menurut hemat penulis keinginan “anggota etnis Boang” untuk tidak menyamakan Boang dengan Pakpak,merupakan strategi yang didasari rasa superior, primordialisme, dan emosi keagamaan berlebih.

Sejatinya seorang antropolog dilarang memasukkan unsur-unsur superior, primordialisme dan emosi keagamaan berlebih dalam menyikapi satu masalah, Mudah-mudahan tulisan ini dapat membuka cakrawala pemikiran terhadap
pandangan yang ada.

Boang masuk kedalam bagian Pakpak secara luas. Karena Pakpak secara luas merupakan representasi sub sub entik pakpak, yang memiliki akar budaya dan wilayah yang sama.

Kata akhir tulisan ini untuk membuka diri terhadap proses perkembangan namun dengan memperhitungkan aspek perkembangan tersebut, marilah kita bersatu dalam Pak pak secara luas dan tidak mengkotak-kotakkan diri dalam pemikiran yang sempit.

(WALLAHUAQLAM BISSAWAF)
By. SAHMUDDIN PADANG, email, sahmuddinpadang@yahoo.co.id.

TRUMON Designed by Templateism | Blogger Templates Copyright © 2014

Theme images by richcano. Powered by Blogger.